Posted by : Unknown
Thursday, August 15, 2013
MAU CURI BUDAYA INI? DARE YOU?
Sebetulnya
kita harus bisa bangga loh dilahirkan di negara Indonesia ini. Soalnya
yah, dari sekian banyak negara yang bahkan ukurannya jauh lebih gede,
cuman Indonesia aja yang punya berbagai macam budaya. Mungkin, masuk
akal karena negara kita ini merupakan negara kepulauan, tapi nyatanya
negara lain yang berbentuk kepulauan juga ngga ada yang budayanya lebih
beragam dari Indonesia. Keren gak tuh?
Sayangnya,
keberagaman budaya di Indonesia ini ngga diimbangin sama masyarakatnya
yang peduli terhadap itu semua. Oke, mungkin di daerah-daerah tertentu
udah banyak masyarakat yang peduli sama kekayaan budaya daerahnya, tapi
ternyata pemerintah kita, alias Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang
kita punya, nggak cerdas dan cepat tanggap dalam mengelola budaya-budaya
ini.
Mungkin karena fokusnya terbagi dua antara pendidikan dan budaya, jadinya bingung. Terlalu berfokus pada pendidikan yang nyatanya bidang pendidikan juga belom menunjukkan suatu kemajuan yang berarti. Mungkin baru bisa terlaksana dengan baik kalo pendidikan dan kebudayaan ini dipisah kali ya? Jadi ada Menteri Pendidikan dan ada Menteri Kebudayaan. Soalnya, Gue baru baca di situsnya UNESCO, kalo ternyata warisan budaya Indonesia yang tercatat (baca: diakui dunia) baru ada lima. Yaitu, Keris (2008), Wayang (2008), Batik (2009), Angklung (2010), dan Tari Saman (2011).
Jumlah yang sangat disayangkan, di mana kebudayaan Indonesia itu aslinya
berjumlah ratusan, sedangkan yang tercatat dan diakui oleh dunia baru
lima macam saja (untuk kategori seni budaya). Jelas ini kesalahan peran
pemerintah yang bekerja lamban mempromosikan dan mengklaim kebudayaan di
dalam negeri ini ke hadapan PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa). Makanya
jangan heran kalo ada negara lain yang memanfaatkan kelemahan ini dan
main klaim kebudayaan Indonesia seenaknya. Contoh kasus Tari Tor-Tor
yang belum lama ini heboh. Terus lagu Rasa Sayange. Bahkan, Batik aja
baru didaftarkan ke UNESCO setelah muncul isu pengklaiman dari negara
lain dulu. Kalo ngga ada kasus begituan sih sampe kapan pun juga Batik
ngga bakalan didaftarin sama pemerintah kita ke UNESCO sana.Mungkin karena fokusnya terbagi dua antara pendidikan dan budaya, jadinya bingung. Terlalu berfokus pada pendidikan yang nyatanya bidang pendidikan juga belom menunjukkan suatu kemajuan yang berarti. Mungkin baru bisa terlaksana dengan baik kalo pendidikan dan kebudayaan ini dipisah kali ya? Jadi ada Menteri Pendidikan dan ada Menteri Kebudayaan. Soalnya, Gue baru baca di situsnya UNESCO, kalo ternyata warisan budaya Indonesia yang tercatat (baca: diakui dunia) baru ada lima. Yaitu, Keris (2008), Wayang (2008), Batik (2009), Angklung (2010), dan Tari Saman (2011).
Nah, khusus pada postingan Gue kali ini, Gue pengen nunjukkin beberapa benda yang berhubungan sama kesenian tradisional Sunda. Kemungkinan selain angklung, beberapa benda ini masih belum dilirik sama pemerintah kita.
Calung
Nah, Gue pernah nanyain ini sama beberapa member komunitas Blogger, dan
kebanyakan cuman sekedar tau namanya tanpa tau pasti begimana bentuknya.
Kalo, kalian semua ada yang tinggal di Bandung, di sana ada loh Saung
Udjo yang isinya lengkap banget sama alat musik tradisional Sunda. Nah,
salah satunya itu calung.Calung itu bisa dibilang kakek moyangnya angklung, alias prototype dari angklung. Bedanya cara mainin calung itu dipukul, nggak digoyang-goyang. Bentuknya juga lucu. Jadi, ada beberapa deret batang bambu yang panjangnya itu beda-beda, mewakilkan tinggi rendahnya nada, terus di antara batang-batang itu ada satu space yang dipake buat pegangan tangan. Nah, calung yang begini namanya Calung Jinjing. Coz, maininnya dipukul, tapi calungnya dibawa-bawa. Istilah gaulnya sih portable.
Gambar original dari sini dan sini |
Nah, kalo untuk kalian yang males main calung sambil jalan-jalan and joged-joged di depan panggung, bisa juga kok kalian lakuin sambil duduk. Pake aja jenis lain dari calung yang namanya Calung Renteng atau Calung Runtuy. Bentuknya macem-macem. Ada yang bisa dikalungin di leher, terus calungnya membentuk bidang horizontal (yang ini penampakannya ga jauh beda sama alat musik yang biasa dipake drum band, bedanya calung itu dari bambu, bukan kuningan), ada juga yang pake semacem meja, jadi tinggal ditaruh aja di lantai.
Memang sih calung itu nggak terlalu terkenal di Indonesia, beda sama sodaranya yang lebih unik. Walau gitu, orang Indonesia ada yang pernah ngadain konser calung di Jepang loh. Namanya Detty Kurnia. Beda sama di negeri sendiri, di Jepang malah banyak yang tertarik dengan keunikan calung ini. Nih, liat penampakannya Detty Kurnia dan konser calungnya.
Angklung
Kalo alat musik yang satu ini, siapa sih yang nggak tau? Bisa dibilang
dari sekian banyak alat musik tradisional Sunda, baru angklung-lah yang
paling dikenal sama hampir seluruh masyarakat di Indonesia ini. Alat
musik angklung udah di data ke PBB, khususnya organisasi UNESCO sebagai
kekayaan kebudayaan Indonesia yang diakui oleh dunia.Sama kayak calung, angkung juga dibuat dari bambu dengan susunan yang bener-bener unik. Sampe sekarang Gue juga agak heran, dari mana asalnya alat musik ini bisa berbunyi kalo digoyangin. Ternyata jawabannya adalah karena getaran pada batang bambu yang lebih tipis yang ngebuat seolah-olah batang bambu yang lebih besar terpukul-pukul dengan cepat dan menimbulkan bunyi yang kalem dan merdu.
Gambar original dari sini dan sini |
Angklung juga udah mulai banyak dijadikan materi pelajaran Seni dan Budaya di tingkat SD atau SMP loh. Gue rasa ini suatu bentuk apresiasi terhadap angklung yang kini udah dikenal masyarakat dunia ini sekaligus juga menanamkan jiwa seni kepada remaja serta sebagai bentuk pelestarian kesenian tradisional ini supaya bisa bertahan terus keberadaannya di tahun-tahun yang akan datang.
Guys, walaupun bahan dasarnya bambu dan rata-rata setiap angklung masih dibuat secara manual atau tradisional, suara yang dihasilkan angklung ini beragam dan nggak kalah merdunya sama alat musik modern yang dibuat menggunakan mesin. Satu angklung bakalan menghasilkan satu jenis nada aja. Jadi, butuh berderet-deret angklung untuk menghasilkan nada yang beragam. Ini sebabnya kenapa kalo ada konser angklung, ngga mungkin cuman satu orang yang perform, tapi ada beberapa orang yang masing-masing memegang satu nada. Jadi, kayak paduan suara gitu. Nih, liat aja konser epik angklung yang ngebawain lagu legendaris dunia, Bohemian Rhapsody dari grup band Queen.
Suling Sunda
Masih pada inget sama alat musik yang satu ini? Ini juga nggak kalah terkenalnya sama angklung loh. Kalo sekolah-sekolah SD atau SMP di daerah Jawa Barat pasti pernah juga mempelajari alat musik ini di dalem mata pelajaran Seni Budaya. Terus gak jarang juga alat musik ini nongol di acara-acara konser Dangdut dan Pop Sunda.
Suling Sunda beda sama suling bambu. Bedanya itu ada pada cara memainkannya. Suling bambu ditiup dengan posisi batang bambu horizontal, soalnya lubang suaranya ada di permukaan bambu. Sedangkan, Suling Sunda itu dimainkan dalam posisi vertikal, coz lubang suaranya berupa rongga kecil di salah satu ujung batang bambu yang kemudian ditutup pake bambu tipis yang udah diikat sedemikian rupa.
Gambar original dari sini dan sini |
Suara yang bisa dihasilkan dari Suling Sunda beragam banget. Ini tergantung juga jadi panjang pendeknya bambu yang dipake buat ngebikin suling. Makin pendek makin dikit lubangnya. Nih dia jenis-jenis Suling Sunda berdasar jumlah lubangnya.
- Suling Sunda lubang enam, biasanya dipake sebagai melody pada saat mengiringi tembang (lagu). Suling ini yang paling banyak dipelajari di sekolah-sekolah di Jawa Barat, soalnya nada dasarnya jelas dan cukup mudah untuk menggunakannya. Panjangnya antara 52 cm hingga 62 cm.
- Suling Sunda lubang lima, seringkali dipake pada kesenian Tarawangsa di daerah Sumedang dan juga di Cibalong, Tasikmalaya.
- Suling Sunda lubang empat, dibagi lagi jadi empat macem berdasar model larasnya. Ada laras degung, laras sailendro, laras nyorog, dan laras sorog.
Karinding
Sekarang Gue pengen nanya, siapa di antara kalian yang udah tau tentang alat musik yang satu ini? Jujur aja, Gue baru tau tentang alat musik ini dari sebuah tayangan dokumenter seni budaya yang ada di TV. Awalnya, Gue nggak tahu kalo di Sunda juga ada alat musik unik begini.
Karinding dimainkan dengan cara mengkombinasikan tiupan dengan tepukan. Jadi, kalo diliat sekilas kayak main harmonika, kecuali setelah ngeliat gerakan tepuk-tepukannya. Dan Gue bener-bener ngerasa bakalan sulit banget mainin alat musik yang satu ini.
Gambar oroginal dari sini dan sini |
Pada awal perkembangannya, karinding ini malah lebih canggih daripada sekedar alat musik tradisional. Orang dulu sering mainin karinding di pematang sawah. Kenapa? Soalnya, ternyata karinding juga bisa jadi alat pengusir hama. Jenis suara yang dihasilkan karinding bisa mencapai ultrasonik, dan berbunyi mirip dengan jangkrik, wereng, belalang, dan burung.
Tadi Gue bilang cara memainkan karinding itu kayak main harmonika. Bedanya cara membeda-bedakan nada yang dihasilkan adalah lewat tepukan-tepukan ujung jari ke batang bambu yang panjang. Getaran atau resonansi yang terjadi itulah yang nantinya membuat efek suara yang beda-beda. Gila banget kan? Padahal bentuknya terlihat sederhana, tapi ternyata betul-betul mempraktekan teori dasar Fisika. Seiring berkembangnya waktu, sekarang karinding juga jadi alat musik yang sering dipake buat mengiringi lagu dikombinasikan dengan alat musik lainnya.
Nah, gimana, Guys? Gue nggak bahas banyak-banyak dulu deh, soalnya banyak banget ragam alat musik tradisional Sunda yang lainnya. Ngeliat empat contoh alat musik di atas aja pastinya kita udah bisa tau begimana ciri khas dari alat musik tradisional Sunda. Di antaranya kebanyakan menggunakan bahan dasar bambu dalam proses pembuatannya. Model suara yang dihasilkan juga khas banget. Sangat melodis dan lembut. Identik dengan suasana nyaman dan damai di pegunungan. Persis kayak keadaan geografis di Jawa Barat yang rata-rata berada di dataran tinggi.
Selain alat musik yang dibuat dari bambu, alat musik Sunda juga banyak kok yang terbuat dari logam. Selain itu juga ada alat musik petik seperti kacapi. Suaranya juga khas banget.
Perkembangan suatu kebudayaan, baik itu dari segi sosial, budaya, dan lain-lain nggak terlepas dari sejarah setempat yang pernah terjadi di masa silam. Jadi, setiap penciptaan kesenian ini punya banyak banget nilai-nilai. Nggak cuman nilai budaya, nilai seni, bahkan ada juga nilai moralnya. Nah, makanya nggak masuk akal kalo ada negara lain yang dengan isengnya mau mengklaim kebudayaan yang ada di negara kita sebagai kebudayaan milik mereka. Soalnya kalo ditelusurin ke masa lalu, rata-rata negara yang mengklaim budaya kita nggak punya sejarah jelas tentang perkembangan kebudayaan tersebut di daerahnya. Lucu banget kan?
Terus kok bisa sih ada negara yang dengan santainya main klaim begitu? Sebetulnya ini juga berkat kesalahan pemerintah sendiri sih, tapi juga gak terlepas dari peranan masyarakat Indonesia pada umumnya. MIsalnya aja begini:
- Pemerintah nggak secara tegas dan cepat mendata kesenian tradisional yang ada di Indonesia, mempelajari sejarahnya, mengumpulkan data-data yang menguatkan tentang perkembangan kesenian tradisional tersebut.
- Poin pertama, udah menjelaskan alasan bahwa banyak kesenian di Indonesia yang belum mendapatkan paten yang diakui secara internasional dari UNESCO. Dan ini menjadi celah bagi negara lain untuk iseng-iseng mengklaim kebudayaan tersebut. Kebayang dong alat musik tradisional yang kita miliki jumlahnya ratusan, tapi yang kedaftar baru angklung doang.
- Sekarang ini juga masyarakat banyak yang nggak terlalu peduli sama seni budaya di daerahnya masing-masing. Rata-rata orang yang tinggal di pedesaan masih berusaha melestarikan budayanya, tapi nggak bagi yang tinggal di kota. Banyaknya pengaruh kebudayaan barat yang masuk di daerah perkotaan pada umumnya udah bikin kalangan muda melupakan pentingnya keberadaan seni budaya tradisional di daerahnya. Orang lebih tau gitar daripada kacapi, lebih tau terompet atau saxophone daripada suling bambu dan karinding.
Terus gimana dong caranya biar budaya kita nggak sembarangan diklaim sama negara lain? Diklaim itu sama aja artinya dengan percobaan mencuri budaya. Dan ini jelas harus kita cegah. Caranya ya dimulai dari diri sendiri aja dulu deh. Udah pada tau belom kebudayaan yang ada di daerahnya? Udah cukup menghargai belum kebudayaan yang ada di sekitar kalian? Kalo sadar akan hal ini, minimal rasa ingin tahu bakalan menjalar di kepala kalian. Bisa dengan datengin pusat budaya dan iseng-iseng tambah wawasan mengenai kebudayaan itu, atau bisa juga terjun langsung dalam proses pelestariannya.
Nggak usah gengsi atau malu memainkan alat musik tradisional. Malah harusnya kita bangga. Negara mana lagi coba yang alat musiknya sekaya negara kita ini? Dan jangan takut gak bisa terkenal. Liat aja Detty Kurnia yang cuman modal calung bisa go internasional. Dan orang-orang macem beliau lebih pantas diacungin jempol karena betul-betul mengharumkan nama Indonesia ini. By the way, orang barat malah banyak yang tertarik sama kesenian tradisional kita loh. Kok kita yang punya malah nggak peduli sih?
Yuk, kita tambah wawasan kita tentang kebudayaan tradisional negara kita. Cuman dengan cara itu, kita bisa ikut serta dalam proses perlindungan, pelestarian, dan perkembangan seni budaya kita. Jangan mau diklaim lagi sama negara lain! Bangun tembok yang kokoh buat mencegahnya! Ini ada pesen dari Gue buat negara lain yang mungkin baca tulisan ini dan hobinya mengklaim kebudayaan negara lain. "Please, jangan curi budaya kami!"
Sampe di sini dulu yak update-an blog Gue. Kita bakalan ketemu lagi dipostingan Gue yang selanjutnya. By the way, Gue seneng banget gara-gara berhasil masuk tiga besar lomba blog yang diadain sama BosMobil.com. Nah, makanya Gue bakalan bikin giveaway yang seru buat merayakannya. Tunggu aja yak tanggal mainnya! Salam blogger!
sumber : http://glen-tripollo.blogspot.com/2012/07/mau-curi-budaya-ini-dare-you.html